Orang dengan gangguan jiwa atau ODGJ memiliki masalah pada kejiwaannya yang memengaruhi cara berpikir, berperilaku, serta emosinya dalam kehidupan sehari-hari. Kondisi tersebut menyebabkan penderitanya kesulitan menjalani hidup dengan normal, terutama dalam berinteraksi dengan orang-orang di sekitarnya.

Berdasarkan Riskesdas 2018, Prevalensi depresi pada penduduk umur ≥15 tahun adalah 6,1% yaitu sekitar 12 juta penduduk umur >15 tahun. Gangguan Mental Emosional (GME) pada penduduk usia ≥15 tahun, dialami oleh 9,8% penduduk atau lebih dari 19 juta jiwa. Gangguan mental emosional adalah istilah yang digunakan dalam Riskesdas yaitu adanya gejala depresi dan cemas. Hasil Riset Kesehatan Dasar 2013 menunjukkan prevalensi gangguan jiwa berat (skizofrenia dan gangguan psikotik lainnya) sebesar 1,7 per seribu. Peningkatan proporsi gangguan jiwa berat (skizofrenia) di Indonesia pada tahun 2018 cukup signifikan, yaitu 7 per 1000 penduduk atau sebanyak 1,6 juta jiwa (Riskesdas 2018).

Di Kecamatan Kwadungan Kabupaten Ngawi, kasus orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) cukup banyak, dengan diagnosa terbanyak adalah Skizofrenia, Anxietas, Depresi, Retardasi mental. Dari tahun 2018 – 2021 , berdasarkan hasil survei, Indeks Keluarga Sehat (IKS) di Kecamatan Kwadungan di indikator “Penderita gangguan jiwa mendapatkan pengobatan dan tidak ditelantarkan” masih belum berhasil, yakni nilai indikator tersebut tahun 2018 sebesar 23,47%; tahun 2019 sebesar 27,87%, tahun 2020 sebesar 32,28%, dan tahun 2021 sebesar 33,02%, tahun 2022 sebesar 33,33%, dan tahun 2023 sebesar 37,06%.

Masalah gangguan jiwa juga menimbulkan dampak sosial antara lain meningkatnya angka kekerasan, kriminalitas, bunuh diri, penganiayaan, perceraian, kenakalan remaja, penyalahgunaan napza, pengangguran dan lain-lain. Perlakuan masyarakat terhadap ODGJ kadang kurang manusiawi dalam menangani atau merawatnya, bila terjadi kekambuhan biasa di tangani dengan kekerasan , di kucilkan, tidak ada yang mau mendekat karena takut. Bahkan keluarganya sendiri kadang malah menjauh dan tidak mempedulikannya .Faktor kekambuhan terjadi karena pengobatan yang tidak teratur, kurang patuh minum obat dan kurangnya perhatian dari keluarga dan masyarakat sekitarnya .

Perlakuan dan penanganan yang tidak tepat justru bisa berakibat buruk bagi kondisi pasien ODGJ, bahkan memperparah penyakit yang dideritanya. Padahal, dengan pengobatan yang benar, kualitas hidup ODGJ akan lebih baik. Kepatuhan minum obat merupakan fenomena yang cukup kompleks, mengingat banyak faktor yang dapat mempengaruhi, mulai dari faktor usia, jenis kelamin, tingkat Pendidikan, tinggal ekonomi dan pekerjaan.

 Oleh karena itu, diluncurkanlah Inovasi Monalisa merupakan sebuah inovasi Puskesmas Kwadungan secara sinergis dan kolaboratif melalui pemberdayaan masyarakat dalam penanganan pasien ODGJ melalui monitoring kepatuhan minum dan efek samping obat secara online. Tujuannya adalah dengan keteraturan minum obat, maka peluang pasien ODGJ untuk sembuh semakin meningkat.

Inovasi Monalisa atau Monitoring Minum Obat Plus Efek Samping Secara Online pada Pasien ODGJ merupakan sebuah inovasi Puskesmas Kwadungan secara sinergis dan kolaboratif melalui pemberdayaan masyarakat dalam penanganan pasien ODGJ melalui monitoring kepatuhan minum dan efek samping obat secara online. Tujuannya adalah dengan keteraturan minum obat atau kepatuhan minum, maka peluang pasien ODGJ untuk sembuh semakin meningkat. sehingga diharapkan pasien ODGJ bisa diterima oleh masyarakat, bahkan bisa kembali bekerja.

Inovasi Monalisa memanfaatkan fitur google yang mudah diakses oleh kader kesehatan jiwa dan bias dipantau oleh petugas puskesmas. Saat awal peluncurannya di tahun 2021, Monalisa hanya memanfaatkan fitur google spreadsheet. Pada tahun 2024 mengalami perubahan dengan memanfaatkan fitur google website dan  menggunakan google form yang berisikan beberapa pertanyaan untuk diisi oleh kader. Saat ini Monalisa bias diakses melalui alamat website berikut ini https://sites.google.com/view/monalisapuskesmaskwadungan/home.

Gambar 1. Tampilan Inovasi MONALISA

Inovasi Monalisa diterapkan di Desa Purwosari Kecamatan kwadungan sebagai pilot projectnya. Petugas puskesmas yang terdiri dari lintas profesi yaitu dokter, perawat, apoteker melakukan pertemuan melakukan pembinaan kader kesehatan jiwa terlebih dahulu. kader kesehatan jiwa diberi penjelasan terkait jenis, gejala dan pengobatan gangguan jiwa, jenis-jenis obat dan efek samping obat jiwa, langkah-langkah menjadi pengawas minum obat (PMO), serta cara mengisi google form inovasi Monalisa sebagai pemantauan kepatuhan minum obat dan efek samping obat.

Gambar 2. Pertemuan Pembinaan Kader Kesehatan jiwa sekaligus Sosialisasi Launching Inovasi Monalisa di Kantor Desa Purwosari

Kader kesehatan jiwa yang telah dibina, melakukan aksi melakukan kunjungan ke rumah pasien ODGJ. Kader menanyakan ke keluarga pasien serta mengecek langsung ketersediaan obat jiwa yang tersisa. Kader juga mengamati apakah terjadi tanda-tanda efek samping obat atau tidak, kader juga menanyakan ke keluarga pasien apakah ada reaksi yang muncul setelah pasien minum obat jiwa. Kemudian kader mengisikan hasil pemantauan tersebut di website Monalisa. Tampilan google form yang harus diisi seperti tersaji pada Gambar 5.

Gambar 3. Kegiatan kunjungan rumah oleh kader kesehatan jiwa sekaligus memantau kepatuhan minum obat dan efek samping obat

Gambar 4. Kader kesehatan jiwa melaporkan hasil pemantauan melalui website MONALISA

Gambar 5. Tampilan Google Form MONALISA

di Desa binaan Puskesmas Kwadungan, yaitu Desa Puwosari Kcamatan Kwadungan, terdapat kegiatan posyandu jiwa yang diikuti oleh 26 peserta pasien ODGJ. Pasien-pasien tersebut kami fasilitasi untuk mendapatkan obat dari Puskesmas dan Rumah Sakit Umum dr. Soeroto Ngawi. Tidak hanya sampai disitu, Ketika obat sudah ada, namun tidak ada pengawas minum obat maka juga akan mengurangi kepatuhan pasien untuk minum obat. Sehinggga, kami meluncurkan inovasi MONALISA. Melalui pemberdayaan Masyarakat, inovasi MONALISA ini berjalan dengan dukungan dan bantuan kader Kesehatan jiwa yang telah dibina. Kader jiwa membantu dalam proses mengantarkan obat ke rumah pasien, kemudian memonitoring kepatuhan minum obat dengan melakukan kunjungan rumah setiap hari untuk memastikan bahwa pasien minum obat, kemudian melaporkan kejadian efek samping obat. Efek samping obat adalah efek yang tidak dikehendaki setelah minum obat pada dosis yang sesuai. Efek samping obat yang sering terjadi dari obat antipsikotik adalah kulit kemerahan, pusing, Gerakan otot kaku atau berkedut tidak terkendali, ekstrapiramidal sinrom, mual-muntah, dan lain-lain. 

Pelaporan tersebut dulunya dilakukan secara manual dan tidak tercatat , namun dengan adanya inovasi MONALISA,Pelaporan dilakukan secara online yang dengan mudah diakses oleh Kader dan petugas Puskesmas. Monalisa memanfaatkan fitur google website dan google form yang sangat mudah diisi oleh kader Kesehatan jiwa.

Dengan adanya Monalisa, petugas bisa dengan mudah memantau kepatuhan minum obat pasien dan bila obat akan habis petugas puskesmas akan segera memberikan obatnya lagi, sehingga tidak ada kejadian putus obat. Tidak hanya itu, dengan inovasi Monalisa, maka kejadian efek samping bisa terlaporkan sedini mungkin, sehingga bila pasien mengalami efek samping obat akan lebih cepat tertangani.

Petugas puskesmas bergabung di  whatsapp group (WA) berjudul group keswa yang dibuat untuk memudahkan kami mengingatkan kader kesehatan jiwa (keswa) terkait monalisa, dan juga acara pertemuan rutin dan posyandu jiwa, sehingga kami mudah untuk berkoordinasi dan memantau tindak lanjut dari Monalisa.Salah satu contoh, kami mengingatkan kader keswa untuk mengisi website Monalisa.

Tidak hanya sampai disitu, inovasi ini berkembang dan berkesinambungan. Kader kesehatan jiwa rutin kami undang untuk berkumpul untuk sharing session serta evaluasi bersama petugas puskesmas, dan Apoteker memberikan acara sosialisasi gerakan masyarakat cerdas menggunakan obat melalui media ular tangga agar mudah memahami terkait informasi obat (Gambar 7). Apoteker Puskesmas Kwadungan juga menciptakan buku saku berjudul BUKA TOKO (Buku Saku Pengobatan ODGJ agar Kembali OK) , yang dijadikan pedoman kader saat menangani paien jiwa.

Gambar 7. Kegiatan sosialisasi gerakan masyarakat cerdas menggunakan obat melalui media ular tangga

Gambar 8. Kegiatan pertemuan kader kesehatan jiwa (keswa) serta sosialisasi BUKA TOKO

Tujuan Inovasi :

  1. Dapat memonitoring kepatuhan minum obat pasien ODGJ dengan mudah
  2. Dapat memonitoring efek samping obat pasien ODGJ
  3. Dapat memantau ketersediaan obat jiwa di pasien apakah masih atau sudah habis.

Manfaat Inovasi :

Dengan adanya inovasi MONALISA memberikan manfaat keteraturan atau kepatuhan minum obat pasien ODGJ dapat meningkat, dengan adanya hal tersebut, membantu mengurangi dan atau mencegah kekambuhan pasien , meningkatkan kualitas hidup pasien, produktivitas pasien meningkat. pasien ODGJ yang dulunya dikucilkan masyarakat sekarang sudah mulai bisa diterima warga dan sudah bisa beraktivitas lebih baik lagi.

Hasil Inovasi :

1.      Cakupan penderita ODGJ yang ditangani UPT Puskesmas Kwadungan tercatat dalam hasil penilaian kinerja Puskesmas yang telah diverifikasi Dinas Kesehatan Kabupaten Ngawi

UraianSebelum ada inovasi < 2021Sesudah ada inovasi > 2021Keterangan
Pelayanan ODGJ berat135%120%15% menunjukkan progress membaik
Pelayanan depresi138%266,7%128,7% terjaring dalam posyandu remaja
Pelayanan gangguan mental emosional235%504,2%269,2% terjaring dalam posyandu remaja
Kunjungan pasien ODGJ ke Puskesmas73,33%120,4%47,07% sadar patuh minum obat

2.      Cakupan standar pelayanan minimal ( SPM ) ODGJ naik dari tahun ke tahun

Uraian IndikatorSebelum ada inovasi < 2021Sesudah ada inovasi > 2021
Jumlah pasien ODGJ yang mendapat pelayanan kesehatan jiwa2018 : 80,25% 2019 : 177,27% 2020 : 124,49% 2021 : 120,41%    2022 : 175 % 2023 : 150,00 %  

3.      Index keluarga sehat ODGJ kecamatan Kwadungan ada tren naik meskipun masih kategori tidak sehat ( Skor dibawah 5 )

UraianSebelum ada inovasi < 2021Sesudah ada inovasi > 2021
Index keluarga sehat indicator penanganan ODGJ2018 : 23,47% 2019 : 27,87% 2020 : 32,28%  2021 : 33,02% 2022 : 33,33% 2023 : 37,06%

Evaluasi eksternal :

Uraian kegiatanSebelum ada inovasi < 2021Sesudah ada inovasi > 2021
KaderKader jiwa belum terbentukTerbentuk kader jiwa yang militan sejumlah 13 orang di desa Purwosari dengan panduan “Buka Toko “
PMO / Pengawas Menelan ObatTidak ada pengawasan menelan obat ODGJKader menjadi pengawas menelan obat
Monitoring kepatuhan konsumsi obatBerdasar temuan konvensionalDigitalisasi android melalui “Monalisa”
Keberhasilan– 14 dari 26 pasien ODGJ putus obat, terjadi kekambuhan. 3 mengalami efek samping tidak terdeteksi berupa sindroma parkinsonisme. – Tahun 2018 ada 41 kasus kekambuhan – Tidak ada follow up pemberdayaan ODGJ yang sudah stabil kesehatannya – Tidak ada posyandu remaja– 20 dari 26 pasien minum obat secara teratur. – Efek samping obat terkendali. – Tidak ada kasus pasung. – Tahun 2022 ada 4 kasus kekambuhan dan temuan 1 kasus baru – Ada follow up berupa pemberdayaan ODGJ oleh warga sekitar dalam bidang pertanian – Ada posyandu remaja agar tidak terjerumus pada Napza pergaulan bebas akibat gangguan kejiwaan

10. Kebaruan atau keunikan atau keaslian :

Melalui pemberdayaan kader, artinya kami melibatkan masyarakat untuk ikut serta mengawal kondisi pasien ODGJ, serta memanfaatkan kecanggihan teknologi, google website dan google form. Inovasi MONALISA memiliki kebaruan yang dapat dimanfaatkan dengan cepat, mudah dan efisien dalam rangka membantu untuk meningkatkan kesembuhan pasien ODGJ khusunya melalui pengobatan secara teratur.

11. Penjelasan singkat bentuk kebaruan atau keunikan

Kebaruan dalam inovasi ini adalah kegiatan yang dilaksanakan secara sinergis, kolaboratif, berkesinambungan dan kontinue. Selain itu, keunikan dari inovasi Monalisa adalah inovasi ini belum banyak diterapkan dalam penanganan pasien ODGJ oleh instansi kesehatan yang lain.

Kirim Pesan
Ada yang bisa kami bantu
Silahkan berkonsultasi kepada kami dengan Whatsapp melalui nomor ini. Pesan akan dibalas pada saat jam kerja.